Jumat, 23 Oktober 2009

PENYEBAB TERJADINYA GEMPA MENURUT RASULULLAH

PENYEBAB TERJADINYA GEMPA MENURUT RASULULLAH

Diceritakan oleh Abu Huraerah ra., Bersabda Rasulullah SAW, : "Bila umatku sudah melaksanakan 15 perkara ini bencana sudah pasti terjadi, yaitu:


1.Bila barang negara sudah diakui/dimiliki oleh orang-orang tertentu;
2.Barang amanat jadi Ganimah (temuan);
3.Mengeluarkan zakat dianggap musibah bagi sikaya;
4.Suami sudah tunduk patuh terhadap istrinya untuk mengerjakan sesuatu yang keluar dari syariat (ajaran islam);
5.Anak menyakiti kedua orang tuanya sementara kepada temannya berlaku baik;
6.Terjadi permusuhan caci mencaci antara jamaah mesjid karena perbedaan masalah/pendapat yang bukan prinsip yang mereka pegang;
7.Di antara yang menjadi memimpin umat baik yang memimpin masyarakat atau agama bukan dari keturunan yang baik-baik;
8.Seseorang memuliakan seseorang karena takut kejelekannya bukan karena wibawa atau karena akhlak dan ilmunya;
9.Orang mabuk dan maksiat sudah terlihat dimana-mana;
10.Seorang pria sudah senang memakai pakaian yang biasanya dipakai wanita;
11.Kedua orang tua diperlakukan seperti pembantu di dalam rumah tangga;
12.Sarana untuk maksiat tersebar dimana-mana, seperti bar, kasino, diskotik dan warung remang-remang;
13.Dancing, dugem dan hiburan yang berbau pornografi dan pornoaksi sudah dianggap kesenian belaka bahkan hiburan yang baik;
14.Bila umat akhir zaman sekarang ini sudah mencaci maki dan tidak menghiraukan pendapat-pendapat mereka (para ulama);
15.Bila umat akhir zaman semuanya sudah ingin berlomba-lomba menjadi seorang selebritis/penyanyi yang terkenal;

Penyebab Terjadinya Gempa Dalam Perspektif Rasulullah SAW

Diceritakan oleh Abu Huraerah ra., Bersabda Rasulullah SAW, :
•Dimana sudah terjadi uang pajak negara merupakan harta yang berjatuhan berhamburan (maksudnya: siapa saja yang memungutnya, dialah yang memakannya).
•Dimana amanat sudah merupakan harta ghanimah (maksudnya, siapa saja yang menerima amanat untuk diserahkan kepada yang berhak menerimanya, namun dia sendirilah yang memakannya).
•Dimana pembayaran zakat seperti yang harus dilakukan dengan sitaan (mungkin, karena sulitnya, para hartawan tidak mengerti kewajibannya).
•Dimana orang sangat giat menuntut ilmu bukan untuk kepentingan agama
•Dimana suami sudah tunduk dikomando oleh istrinya
•Dimana sudah terjadi orang lebih dekat dan akrab dengan kawan-kawannya tetapi tidak terhadap ibunya dan bapaknya
•Dimana sudah terjadi tiada kekhidmatan di dalam mesjid
•Dimana sudah terjadi yang diangkat sebagai pemimpin kabilah (golongan/bangsa) , sesungguhnya adalah orang-orang fasik di golongan mereka (mungkin maksudnya, tidak loyal kepada golongan/masyarakat /bangsanya)
•Dimana sudah terjadi orang-orang yang diangkat menjadi pemimpin kaum (bangsa) yang imannya lemah
•Dimana sudah terjadi seseorang dihormat oleh orang banyak hanya karena takut akan kejahatannya
•Dimana sudah terjadi para ahli seni suara (biduan-biduanita), sangat ditonjolkan dan dimuliakan
•Dimana sudah terjadi bidang-bidang hiburan sangat diutamakan
•Dimana sudah terjadi minuman keras dilazimkan
•Dimana sudah terjadi segala kesalahan dan kegagalan dilemparkan dan ditimpakan kepada generasi yang mendahuluinya
•Dimana itu semua sudah terjadi, maka tunggulah :
•Akan datang kepadamu angin merah (mungkin;taufan, kebakaran, penyakit, hama tanaman atau peperangan)
•AKAN BANYAK GEMPA
•AKAN TERJADI BANYAK TANAH LONGSOR
•Akan banyak hal-hal yang akan merubah roman muka manusia lebih buruk dari semula
•Akan banyak hujan batu (mungkin karena gunung meletus atau bom karena perang)
•Dan akan terus diikuti berturut-turut dengan hal-hal lainnya, bagaikan kalung mutiara yang putus talinya
(HR. Tirmidzi – Dalam Kitab Duratun-Nashihin : 158)

80% Karyawan Tidak Puas dengan Pekerjaan Mereka

Source: http://www.portalhr.com/beritahr/karir/1id457.html

80% Karyawan Tidak Puas dengan Pekerjaan Mereka

Senin, 30 Oktober 2006 - 14:10 WIB
Delapan puluh persen karyawan ternyata tidak puas dengan pekerjaan mereka saat ini. Jajak pendapat yang diadakan oleh JAC Indonesia secara online melalui swa.co.id menghasilkan temuan yang cukup mengagetkan tersebut. JAC Indonesia mengadakan polling mengenai kepuasan terhadap pekerjaan, dengan pertanyaan: Sudah puaskah Anda dengan pekerjaan Anda saat ini? Dan, menyediakan tiga pilihan jawaban: sangat puas, kurang puas, tidak puas. Hasilnya, 80% dari 982 responden menyatakan tidak puas.Kendati cukup mengagetkan, namun gejala semacam itu sebenarnya bukanlah sesuatu yang baru. E-Media Officer PT JAC Indonesia Unik Sultan membandingkannya dengan penelitian lain yang pernah dilakukan di Amerika. Hasil penelitian itu menyatakan bahwa sebagian dari penduduk Amerika dari berbagai usia, level dan posisi jabatan serta gaji, menyatakan tidak puas terhadap pekerjaan mereka.Lalu, Unik mencoba menganalisis hasil penelitian yang diadakan oleh lembaganya itu. “Kalau ketidakpuasan didefinisikan sebagai suatu kondisi atau perasaan tidak senang dan berharap sesuatu yang lebih baik dari apa yang ada saat ini, maka ketidakpuasan pada pekerjaan dapat mengenai beberapa hal seperti gaji, status kerja, peningkatan karir, kenyamanan tempat, termasuk hubungan karyawan secara keseluruhan dalam perusahaan.”“Setiap orang mempunyai alasan berbeda mengapa mereka merasa tidak puas dengan pekerjaan mereka. Bisa saja disebabkan oleh salah satu dari hal-hal tadi, atau pun kombinasi dari berbagai alasan yang dapat membuat seseorang tidak nyaman dan senang dengan pekerjaan saat ini,” tambah dia. Menurut Unik, ketidakpuasan pada pekerjaan bisa terjadi di mana pun, kapan pun dan kepada siapa pun. Akibat pun tidak terbatas pada lingkungan kerja, namun berdampak pula pada kehidupan lainnya seperti keluarga. ”Life affects work, work affects life. Banyak orang yang merasa stres karena permasalahan di tempat kerja, juga menjadi bermasalah di lingkungan lainnya seperti keluarga,” kata Unik seraya menyebut contoh, cenderung bertemperamen tinggi, mudah sekali marah dan kurang bisa berkompromi mudah terjadi pada seseorang yang tidak puas dengan pekerjaannya.Penelitian PsikologiPenelitian psikologi lain juga menunjukkan bahwa ketidakpuasan pada pekerjaan akan berakibat baik langsung maupun tidak langsung pada kehidupan keluarga atau di lingkungan lainnya. ”Maka bagi mereka yang terus menerus memperbaiki kualitas pekerjaannya akan mengalami kemajuan yang positif dalam kehidupan pribadi atau keluarganya,” simpul Unik. Lebih jauh Unik meningatkan, dengan semakin majunya teknologi, bervariasinya model jam kerja, bisnis online, internet dan virtual office, karyawan seolah-olah berada dalam sebuah labirin kehidupan yang kompleks dan berlapis-lapis. Hal itu menjadikan teori atau solusi yang dulunya biasa ada, dinilai tidak lagi relevan.”Ketika solusi yang biasa tak lagi mampu menjawab permasalahan maka hindari pemaksaan dengan harus mengikutinya. Carilah ide ide baru, bertanya kepada rekan anda, jika perlu datanglah kepada selorang konsultan psikolog atau yang lebih relevan terhadap permasalahan Anda,” saran Unik.
Satu dari Empat Staf Merasa Lebih Baik Ketimbang Bosnya
Jumat, 06 Oktober 2006 - 10:23 WIB
Hampir seperempat dari pekerja di Inggris merasa dirinya bisa menjadi manajer yang lebih baik dibanding bos mereka. Sementara satu dari tiga pekerja merasa sangat ingin menggantikan bos mereka, seandainya mereka bisa. Demikian hasil survei yang dilakukan Investors in People, Agustus 2006.
Menurut Survei yang sama, pria (25%) lebih percaya diri akan kemampuan mereka untuk melebihi bos mereka saat ini dibandingkan wanita (18%).
Kurangnya komunikasi oleh para manajer adalah hal yang paling sering dikeluhkan staf. Sebagian besar staf mengeluhkan manajer mereka tidak cukup baik dalam berkomunikasi dengan mereka.Kejujuran adalah hal kedua yang mereka keluhkan, dan hampir seperlima dari staf yang disurvei merasa manajer mereka sering mendapatkan kredit dari pekerjaan mereka.
Sebaliknya, tipe manajer yang menjadi pujaan mereka adalah seorang yang mampu mendelegasikan pekerjaan, diikuti dengan seorang yang tegas tapi adil dan seorang yang memperhatikan karir para stafnya.
"Karena komunikasi yang baik adalah hal paling penting yang harus dimiliki seorang bos yang baik, maka para manajer harus memfokuskan diri mereka untuk membuat tugas dan target yang jelas kepada staf mereka, dan menghubungkan peran karyawan dengan misi perusahaan," jelas Chief Executive Investors in People Ruth Spellman.
Tidak Puas
Survei tersebut juga mengungkapkan, dibanding staf yang sudah lama bekerja, para staf yang baru lebih bahagia dengan bos mereka. Hampir tiga perempat dari staf baru merasa puas dengan bos mereka, sedangkan 37 persen staf yang lama ingin mengganti manajer mereka.
Karyawan dalam perusahaan yang lebih besar juga lebih ingin mengganti manajer mereka dibanding karyawan di perusahaan kecil. Lebih dari sepertiga karyawan yang bekerja di perusahaan dengan seribu karyawan ke atas, menginginkan bos yang baru. Sedangkan dalam perusahaan dengan jumlah karyawan di bawah 50 orang, hanya 24 persen yang merasa tidak puas dengan manajer mereka.
Survei itu juga menemukan, semakin lama bekerja di sebuah perusahaan, staf akan makin menghargai kejujuran manajer mereka.
Di Seluruh Dunia, CEO Perempuan Masih Sangat Jarang
Rabu, 04 Oktober 2006 - 13:13 WIB
Dalam dunia usaha, sampai saat ini perempuan ternyata masih ketinggalan dibandingkan dengan laki-laki. Terutama dalam kaitan dengan posisi puncak, hanya ditemukan hampir satu perempuan dari 10 orang anggota komite eksekutif atau dewan direktur di berbagai belahan dunia. Dalam hal ini representasi di Amerika lebih menggembirakan dibandingkan dengan di Eropa dan Asia.Sebuah studi baru yang dilakukan terhadap 300 perusahan terbesar di dunia dalam ukuran kapitalisasi pasar (100 di Eropa, 100 di Amerika dan 100 di Asia) menemukan, jumlah perempuan yang duduk di tingkat dewan dan komite eksekutif di Amerika dan Kanada dua kali lebih besar dibandingkan di Eropa. Ekonomi di Asia bahkan lebih buruk, dengan 9 kali lebih kecil dibandingkan dengan Amerika. Survei tersebut dilakukan oleh perusahaan international executive search Christian & Timbers dan agensi komunikasi Capital Com.Sementara di Inggris, sebuah survei terpisah yang dilakukan perusahaan konsultan Deloitte menemukan bahwa tidak ada perubahan dalam kecilnya angka –hampir 3 persen- direktur perempuan di perusahaan-perusahaan terbesar di negera tersebut. Hanya 9 dari 350 firma dan hanya 2 dari 100 perusahaan dipimpin oleh perempuan.Apakah kenyataan tersebut merupakan problema lingkungan atau perempuan sendiri? Dua-duanya, menurut Florence Magne dari Christian & Timbers. “Sikap cenderung mementingkan pencapaian karier ketimbang kepuasan keluarga sebenarnya ada pada diri perempuan. Tapi, model sosial kita, jika itu berkembang, masih konservatif dengan stereotip-stereotip yang kuat tentang peran, perilaku dan posisi yang sesuai dengan perempuan.""Ditambah lagi, organisasi dari perusahaan-perusahaan besar secara tradisional diatur berdasarkan pola-pola laki-laki yang sering tidak menguntungkan direktur perempuan,” tambah dia seperti dilaporkan Management-issues.Pada setiap perusahaan di Amerika yang disurvei, terdapat sedikitnya satu perempuan dalam tubuh organisasinya. Sedangkan, 18 perusahaan di Eropa dan 66 perusahaan di Asia sama sekali tidak memilikinya. Sebanyak 29 perusahaan di Amerika memiliki anggota dewan dan komite eksekutif yang terdiri lebih dari 20 persen perempuan, berbanding dengan 5 persen di Eropa dan 2 persen di Asia.Survei juga menemukan, keberadaan perempuan di tingkat dewan umumnya dalam peran supervisi laporan-laporan dan di komite eksekutif biasanya dalam peran operasional. Secara regional, Kanada memperlihatkan representasi yang sangat bagus, dengan 19 persen komite eksekutif adalah perempuan, berbanding dengan Amerika Serikat 14,8 persen.Sedangan regional Eropa bervariasi. Yang tergolong menggembirakan Swedia (27 persen) dan Finlandia (17.6) persen. Selebihnya: Belgium 1.8 persen,� Italia 2.6 persen, dan Spanyol 3.1 persen. Di Asia, secara umum sulit bagi perempuan untuk memimpin perusahaan besar (2.1 persen). Tapi, China tercatat cukup bagus (5.7 persen), juga Korea (4.5 persen). Adapun India hanya 1.8 persen dan Jepang 1.4 persen. Di Eropa hanya ada satu CEO perempuan di perusahaan besar yakni Anne Lauvergeon di Areva (perusahaan energi). Di Amerika ada dua, masing-masing Indra Nooyi di Pepsico dan Irene B Rosenfeld di Kraft Foods. Florence Magne mengatakan, lebih banyak perempuan di posisi puncak akan memberikan kekuatan yang positif. “Perempuan memberi sudut pandang yang melengkapi dalam organisasi, fleksibilitas yang lebih besar dan kecerdasan emosional serta kapasitas untuk menjadi pemain tim yang kuat. Mereka sering dipandang sebagai agen perubahan,” kata dia.
Jumlah Ekspatriat Wanita Membengkak
Jumat, 13 Oktober 2006 - 14:27 WIB
Tak pernah terjadi sebelumnya, jumlah wanita yang dikirim ke tugas-tugas internasional oleh perusahaan mereka mengalami peningkatan. Menariknya, berbeda dengan ekspatriat pria, dalam menjalankan tugasnya di luar negeri para wanita ini cenderung lebih suka tidak didampingi pasangannya.Survei baru yang dilakukan atas 100 perusahaan multinasional, dengan jumlah 17 ribu orang internasional assignees pria dan wanita menemukan peningkatan istimewa yang mengejutkan dalam jumlah wanita yang ditugaskan di kawasan Asia Pasifik. Di mana, perusahaan-perusahaan tersebut mengatakan, mereka mengirimkan 16 kali lipat wanita dalam kesepakatan kerja tahun ini dibandingkan yang mereka kirimkan pada 2001. Survei dilakukan oleh Mercer Human Resource Consulting. Sedangkan perusahaan-perusahaan di kawasan Amerika Utara mengirim 4 kali lipat dan di Eropa telah melakukannya rata-rata lebih dari dua kali lipat. “Pertumbuhan tinggi pada angka wanita yang ditugaskan ke luar negeri oleh perusahaan-perusahaan di Asia Pacific merefleksikan fakta bahwa bisnis di kawasan ini, khususnya di China, telah semakin mengglobal,” kata pejabat pada Mercer Human Resource Consulting Yvonne Sonsino.Lebih dari separo perusahaan multinasional yang diteliti (55%) berharap, pertumbuhan tersebut terus meningkat dalam lima tahun ke depan. Sementara, sepertiga percaya angka tersebut akan tetap sama dan hampir 4% percaya, angka itu akan turun. “Dikirim dalam penempatan ekspatriat merupakan langkah penting bagi jenjang karir, dan ketertarikan wanita dalam mengambil tugas itu meningkat,” kata Sonsino.Meskipun perusahaan-perusahaan yang disurvei secara umum tidak memiliki kebijakan-kebijakan khusus mengenai ekspatriat wanita, studi itu menemukan beberapa perbedaan dalam perlakuan terhadap dua lawan jenis. Contohnya, 15% perusahaan mengatakan, mereka tidak akan mengirim wanita ke lokasi-lokasi yang sulit seperti Timut Tengah. Perbedaan TerbesarPerbedaan terbesar justru terletak pada kecenderungan yang lebih tinggi pada wanita ekspatriat untuk meninggalkan pasangannya di rumah ketika mereka dikirim ke luar negeri, dibandingkan pria ekspat. Hampir 6 dari 10 (57%) perusahaan mengatakan, mayoritas assignees wanita mereka didampingi pasangannya. Hanya 16% yang mengatakan bahwa assignees wanita mereka melakukan hal yang sama.Ekspatriat wanita juga kurang dibandingkan pria yang umumnya telah memiliki pasangan sebelum menjalankan tugas. Tiga perempat perusahaan mengatakan, mayoritas assignees pria mereka telah memiliki pasangan sebelum dikirim, tapi hanya seperempat yang mengaku hal yang sama untuk ekspatriat wanita.“Studi ini menunjukkan, pasangan dari wanita-wanita sukses juga cenderung punya kekuatan tinggi dalam karirnya. Ketika wanita didorong untuk tugas internasional, pasangan mereka tak perlu membuat konsesi karir untuk menemani,” kata Ms Sonsino. Fakta lain yang muncul dari studi yang sama adalah sekitar ekspatriat wanita yang berstatus single parent. Lebih dari 12% (satu dari 10) perusahaan mengatakan, beberapa ekspat wanita mereka adalah orangtua tunggal. Tapi, hanya 4% yang memberikan dukungan tambahan untuk mereka.“Program-program ekspatriat tidak didesain untuk mencakup pemberian dukungan bagi single parent. Ada kebutuhan tambahan bagi perusahaan untuk meng-update kebijakan mereka soal itu,” simpul Mr Sonsino.
Kerja Profesional Naik, Kerja Pabrikan Turun
Kamis, 14 Desember 2006 - 14:05 WIB
Dalam satu dekade terakhir, lebih banyak orang yang karirnya naik ke level manajerial bergaji bagus, profesional atau semi-profesional. Sebaliknya, pekerjaan yang tak menuntut keahlian tinggi, dan pekerjaan bergaji rendah tumbuh lebih lambat. Demikian sebuah survei di Inggris.
Studi yang dilakukan The Work Foundation menemukan bahwa setelah “booming” sektor kerja berkeahlian rendah dan bergaji kecil sejak pertengah 1990-an, kini kecenderungan pertumbuhannya terus menurun. Dibandingkan dengan “pekerjaan bagus” pada level yang lebih tinggi, penurunan itu cukup kentara di pasar tenaga kerja.
Di kalangan pekerja pria, pekerjaan manajerial telah tumbuh lebih dari 12%, pekerjaan profesional lebih dari 8% dan pekerjaan profesional associate (seperti perawat atau teknisi komputer) hampir 17% antara 1995 – 2005.
Ditemukan pula, bahwa satu dekade terakhir ini lebih banyak wanita yang karirnya bergerak ke pekerjaan manajerial dan profesional. Pada kaum ini, angka pertumbuhan manajer mendekati 30%, profesional lebih dari 15% dan profesional associate lebih dari separo.
Direktur program pengetahuan ekonomi pada The Work Foundation Ian Brinkley, yang ikut menuliskan laporan penelitian tersebut mengatakan bahwa turunnya angka pekerja pabrikan memang tidak serta-merta berarti berakhirnya kerja rendahan bergaji rendah bagi banyak orang.
Tapi, bagaimana pun, menurut dia, dunia kerja yang lebih berorientasi pengetahuan, di mana orang bekerja dengan otak lebih banyak ketimbang mereka yang bekerja dengan tangan, seperti ditunjukkan hasil penelitian ini, secara relatif merupakan perkembangan yang baik bagi kaum pekerja.
“Yang terjadi, tampaknya, dunia kerja lebih mobile dari yang kita sangka selama ini,” kata Brinkley.
“Meskipun terdapat sedikit polarisasi di kalangan pekerja pria, dengan pertumbuhan tipe-tipe kerja seperti pengacara, akuntan dan konsultan manajemen, namun secara umum pengetahuan ekonomi tampaknya tidak menciptakan cabang kelas baru,” lanjut dia.
Sedangkan di kalangan pekerja wanita, secara khusus, Brinkley melihat adanya trasisi yang mulus ke pekerjaan berkeahlian lebih tinggi dan bergaji lebih besar.
Laporan penelitian tersebut juga memperlihatkan pengaruh penyebaran teknologi informasi terhadap dunia kerja. Pekerjaan-pekerjaan yang bersifat administrasi dan kesekretariatan, yang secara tradisional identik dengan wanita, turun sangat tajam. Sementara, pekerjaan yang bersifat layanan individu – yang secara alamiah kebal terhadap komputerisasi- meningkat.
Pada pria, tipe-tipe pekerjaan yang berkaitan dengan proses, perencanaan dan operasi mesin juga turun.

Kamis, 26 Juni 2008

Entrepreneur

Mengapa 95% Pelaku MLM Gagal?

Sebenarnya, Multilevel Marketing adalah sebuah terobosan ekonomi yang sangat luar biasa, dimana seseorang dapat memperoleh penghasilan yang sangat besar dari hanya membeli sebuah produk MLM dan melakukan kegiatan promosi sederhana. Bisnis ini mampu mewujudkan teori ekonomi yang paling tua yaitu MODAL sekecil-kecilnya akan memperoleh untung yang sebesar-besarnya

Tetapi anehnya, yang justru menjadi pertanyaan besar adalah mengapa hanya segelintir orang yang berhasil mendapatkan penghasilan besar yang dijanjikan, sementara di sisi lain sebagian besar lagi bukan hanya gagal, tetapi kecewa bahkan trauma ketika mendengar istilah "bisnis MLM".

Kenapa mereka gagal? Walaupun mereka pintar menjual, pintar merekrut orang, namun sebagian besar member mereka tidak mampu menduplikasi kepintaran yang sama. Mengapa? Karena sebagian besar orang tidak bisa menjual. Sebagian besar orang tidak tahu bagaimana cara presentasi, meyakinkan orang... dan sebagian besar orang tidak biasa mengalami penolakan!

Intinya: Mereka tidak akan bisa menjalankan metode yang rumit dan tidak duplikatif.

Kunci rahasia dalam membangun bisnis jaringan yang kuat sebenarnya sederhana, yaitu: Anda harus memiliki sebuah metode yang 100% DUPLIKATIF. Yang dimaksud dengan 100% DUPLIKATIF adalah, metode tersebut harus: Mudah diterapkan oleh siapa saja, Sederhana dan mudah dijalankan, Tidak menyakitkan dalam menjalankannya, Harus menyenangkan!

Karir

4 Langkah Sukses Berkarir

Jika merasa mulai tidak nyaman dengan posisi di kantor, mungkin anda sedang dalam tahap membutuhkan promosi ke tingkatan yang lebih menantang. Dongkrak karir anda dengan 4 langkah berikut.

Kuasai Keahlian Tambahan. Pelajari keahlian tambahan yang bisa mendukung kerja di kantor anda, seperti bahasa asing misalnya. Anda akan mempunyai nilai tambah yang sangat besar di mata perusahaan dan tentunya keberadaan anda menjadi lebih penting dibandingkan karyawan lainnya.

Tingkatkan Interpersonal skill. Kemampuan ini sangat berpengaruh terutama saat berhubungan dengan atasan atau partner kerja. Dengan sikap yang ramah, mudah bergaul dan berkarakter serta menjadi pendengar yang baik akan membantu mencapai tujuan anda.

Jadilah pribadi yang inovatif. Beranikan diri anda untuk menyatakan sesuatu yang berbeda ketika manganalisa setiap permasalahan dalam kerangka pekerjaan. Solusi yang kreatif akan membuat Anda semakin "bernilai" di mata atasan Anda.

"Jual" diri anda. Biarkan orang lain tahu kemajuan anda selama ini. Misalnya, mengenai program kinerja yang sukses ataupun masalah yang pernah anda pecahkan. Tentunya anda harus pintar-pintar memilih waktu dan cara "menjual diri" yang tepat agar tidak vulgar.
http://www.dexton.adexindo.com - Dexton Indonesia - Majalah Online untuk Pebisnis Pemula

Entrepreneur

Buka Usaha Sampingan Tanpa Resiko...

Apa yang perlu anda perhatikan bila ingin membuka usaha sampingan? Salah satunya adalah anda harus memperhatikan bidang usaha yang ingin dijalankan. Resiko berbisnis bisa dikurangi jika anda benar-benar cermat dalam memilih bidang usaha.

Apakah anda ingin menjalankan usaha rumah makan kecil? Atau membuka toko kelontong? Bisa juga usaha jasa pembuatan kue-kue atau minuman. Bagaimana dengan usaha pernik-pernik/suvenir? Pada prinsipnya, semua bidang usaha tersebut bisa dibagi menjadi:

1. Bidang usaha yang masih jarang atau belum ada yang memulai.
Beberapa dari anda mungkin ragu bila ingin memulai bidang usaha yang belum ada atau masih jarang dilakukan. Tapi itu bukan berarti anda tidak akan sukses dengan bidang usaha jenis ini. Tengok Aqua. Ketika pertama kali diperkenalkan, banyak orang ragu apakah Aqua bisa berhasil di pasaran, padahal belum pernah sebelumnya ada pengusaha yang menjual air minum dalam botol. Bahkan pada awalnya banyak yang mencibir: apa ada orang yang mau membeli air dengan harga lebih mahal dari bensin? Nyatanya Aqua sukses besar.

2. Bidang usaha yang sudah banyak dilakukan
Bisa juga anda memulai bidang Usaha yang sudah banyak dilakukan. Kalau tadi banyak orang ragu untuk memulai bidang usaha yang baru, tapi di lain pihak banyak juga orang yang ragu untuk memulai bidang usaha yang sudah banyak dijalankan. Sebagai contoh, banyak orang ragu untuk membuka usaha toko kelontong, karena di sekitarnya sudah banyak yang melakukannya. Sebenarnya, biarpun usaha toko anda baru berdiri, tapi kalau mempunyai kelebihan atau ciri khas dibanding pesaing anda, selalu ada peluang untuk berhasil. Belum lagi faktor pelayanan yang baik, maka usaha anda walaupun sudah banyak saingan yang lebih dulu berdiri tetap bisa berhasil.
http://www.dexton.adexindo.com - Dexton Indonesia - Majalah Online untuk Pebisnis Pemula

Entrepereneur

Kenali Konsumen Anda

Si Harimau Agresif
Minggu IV, Juni 2008

Pernahkah anda menghadapi konsumen yang sangat sulit dihadapi? Dari konsumen yang banyak maunya, terlalu menuntut, susah mengambil keputusan, atau model konsumen lainnya yang membuat anda stress.

Sebenarnya solusi masalah ini sangatlah sederhana. Salah satunya adalah dengan mengenali karakter konsumen anda dengan lebih seksama dan mengatasinya sesuai dengan sifat dan kebiasaan mereka.

Secara umum, karakter konsumen terbagi atas 4 golongan besar. Yang pertama, Si Harimau yang agresif, tanpa basa basi, suka pegang kendali, sering memotong pembicaraan, menghindari detail, fokus dengan hasil dan tujuan akhir, dan tidak suka membuang-buang waktu.

Untuk menghadapi Si Harimau ini, anda harus asertif dan tidak perlu banyak berbasa basi. Di awal meeting, katakan bahwa anda mengerti bagaimana sibuknya mereka dan bagaimana berharganya waktu bagi mereka. Katakan saja bahwa anda akan langsung pada inti permasalahan dan selalu fokuskan isi percakapan pada keuntungan yang bisa mereka dapatkan dari produk atau jasa anda.

Pertahankan posisi anda dengan kepala dingin terutama saat mereka berusaha menekan anda, jangan mudah menyerah. Bagi mereka, ini semua bukanlah tentang anda secara pribadi tapi benar-benar hanya untuk kepentingan bisnis mereka. Terakhir, tanyakan langsung keputusan mereka di akhir meeting -dan yang paling penting- tanpa basa basi. http://www.dexton.adexindo.com - Dexton Indonesia - Majalah Online untuk Pebisnis Pemula